FK-THL TBPP KARAWANG

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

TERPAFAVORIT

IKLAN BLOG

Total Tayangan Halaman

Jumat, Juni 12, 2009

SAHABAT SEJATI


Encum Nurhidayat
Di depan rumah ku ada sebuah pohon mangga yang entah tahun berapa pohon itu mulai di tanam.
Pernah pada suatu hari aku bertanya pada ayah tahun berapa pohon mangga itu di tanam, dan oleh siapa ???

Ayah berkata semenjak dia lahir pohon itu sudah ada mungkin kakek atau nenek ku yang menanamnya ...

Hanya kata mungkin tak ada kepastian siapa yang menanamnya, tetapi hari ini pohon itu tidak ada lagi dihalaman depan rumah, sudah ditebang untuk bahan tiang rumah ku jadi kusen, daun pintu dan semua sampai ranting nya pun aku gunakan untuk bahan bakar dapurku ( maklum gak kebeli Gas )

Ada sedikit kilas balik tentang pohon itu waktu nenek masih muda dan lahirlah  ayah ku, pohon itu adalah sahabat ayah ku yang selalu memberikan kesejukan dengan daunya, memberikan manis buahnya. Ayahku pun menjelang dewasa dan berumah tangga dengan ibu ku, pohon mangga itu pun masih setia menemani mereka sampai lahirlah aku.

Persahabatan antara aku dan pohon mangga itu di mulai dari aku masih bayi aku sering di ayun di dahannya yang kokoh sambil ibuku memasak menunggu ayah bekerja di ladang.
Pohon mangga itu mencurahkan kasih sayang nya kepada ku, melindungi aku dari cahaya matahari dengan daunya yang rindang ,sementara angin semilir menghantarkan ku kepada buaian mimpi indah,

Waktu terus berlalu hingga ketika masa kanak-kanak aku pun selalu bermain di bawah pohon itu setiap hari hingga Aku mulai timbul rasa sayang pada sahabatku itu, diantara hausnya aku selalu menyiram supaya segar dan berbuah lebat , sang pohon mangga memenuhi janjinya buah daun serta pohonnya semakin sehat. 
Hingga akhirnya aku dewasa dan pergilah aku meninggalkan pohon mangga sahabat ku itu untuk merantau mencari kehidupan diluar sana.

Hari demi hari sahabatku itu memikirkan aku karna buahnya yang manis tidak pernah dinikmati olehku lagi, dinginnya siraman air juga jarang disiramkan karna ayahku sibuk dengan ladangnya. merana sahabatku itu,
buah yang di suguhkan di borongkan oleh ayahku kepada tengkulak, dalam ke gersangan pohon mangga itu selalu berdoa semoga si anak kecil yang di ayun bermain serta periang itu cepat kembali .

Rupanya do'a pohon mangga untuk sahabatnya didengar TUHAN si anak itu kembali dengan keluh kesahnya bahwa kekasihnya ingin dilamar secepatnya, sementara bekerja saja aku belum tetap masih THL.
Sahabat ku mendengar keluh kesah ku dengan lapang dada pohon mangga memberikan buah terbaiknya untuk di jual kepasar uangnya untuk membeli emas pengikat sang kekasih sahabatnya.

Si anak  pergi kembali dengan kekasihnya untuk melanjutkan kehidupan berumah tangga dan membangun kehidupan baru.  Pohon mangga sahabat ku itu merasa kesepian kembali karena sang anak kecil yang lucu kini sudah dewasa dan sibuk mengurus keluarganya, kesepian melanda pohon mangga itu sementara ayahku semakin tua.

Dalam kegelisahannya pohon itu, si anak datang kembali dengan muka yang murung dan penuh kesedihan.  Dengan sabar sahabat ku  menghibur  dengan tulus, sahabatku menanyakan ada apa gerangan kenapa engkau murung seperti ini biasanya aku melihat engkau begitu ceria, apalagi waktu engkau datang kepadaku untuk melamar kekasih mu dengan buah ku engkau dapatkan kekasihmu hingga menjadi istrimu sekarang apalagi yang kau pikirkan ...... sahabatku.

Dengan penuh kesedihan aku  bercerita (curhat) bahwa aku ingin memiliki rumah dengan tiang yang kokoh pintu yang indah serta perabotan rumah yang mewah, tapi aku sadar dengan apa aku membeli karna engkau tahu sahabatku aku masih THL sementara anak dan istriku harus berlindung di tempat aman, makan yang cukup serta rumah yang kami selalu idam-idamkan.

Sejenak keheningan melanda benak masing-masing hingg ahirnya sahabat ku berkata..... "Ambilah dahanku yang besar besar untuk membikin rumah mu sementara aku nanti masih bisa tumbuh lagi, kalau masih kurang ambilah badan ku untukmu wahai sahabat ku," dengan ketulusan yang amat sangat sahabatku memberikan apa yang terbaik untuk ku.

Waktu terus berjalan rumahku pun masih gubug dan jauh dari permanen aku mau meminta lebih aku malu karna selama ini aku selalu meminta...

Di sore hari aku datang berkunjung kepada pohon (sahabatku itu),  sahabatku bertanya sudah cukupkah yang kau butuhkan dariku kalo belum aku siap membantu, ambilah semuanya aku akan bangga jika aku berguna untuk mu ambilah sahabatku tidak ada yang lebih membahagiakan kecuali melihatmu tersenyum.........

Dengan berat hati kutebang sahabatku itu untuk membikin rumahku untuk berlindung aku dan keluarga ku, sahabat terima kasih atas semua pengorbananmu, betapa mulia hatimu.

Saat ini jika anak ku bertanya tunggak apa yang begitu besar di depan rumah kakek aku menjawab itu sahabat ayah dan pelindung kita semua dari panas hujan dan dingin di kala malam.

Apakah masih ada persahabatan seperti ini....? Saling memberi, saling mengisi, dalam kekurangan, jalin kesatuan saudaraku , bersama kita bisa....................???

ASIH   ASAH   ASUH






Bumi Labanjaya

0 komentar:

PENYULUH PERTANIAN KARAWANG

RANGKING