FK-THL TBPP KARAWANG

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

TERPAFAVORIT

IKLAN BLOG

Total Tayangan Halaman

Minggu, Januari 10, 2010

AKU BANGGA JADI ANAK PETANI

Aku ingat waktu kecil dulu hati ku senang sekali jika musim ini tiba karna aku akan bebas bermain lumpur dan mengejar para pembajak serta nikmatnya naik kerbau di pematang sawah sambil sesekali mataku mengamati siapa tau ada belut yaang sedang tersangkut oleh cangkul pembajak.

Benar perhitungan ku ada seekor belut tersangkut dan dengan bangganya aku mengabilnya sungguh licin memang tapi cukup membuatku senang,  menjelang siang perutku sudah mulai keroncongan dan minta di isi dengan rasa yang amat sangat ku buka bekal yang di berikan ibuku pagi tadi. dan tanpa sungkan ku cuci tangan ku diantara air sawah bekas ku tadi dan dengan bajuku yang masih kering ku elap tangan ku, mulailah kami makan mhhhhhhhhhhhhhh......  nikmatnya sambal kesukaan ku ada di situ, lalapan tidak lupa serta yang paling paforit diantaranya adalah jengkol, petey, dan sambel terasi, ikan asin mengiringi makan siangku mhhhhhhhhh.......... sungguh jika aku ingat waktu itu rasanya aku ingin kembali ke dunia ku.


Makan ku telah habis dan waktunya istirahat sejenak aku mencoba istirahat di saung yang di buat oleh ayahku untuk melepas lelah jika seharian di sawah. Aku tiduran dan sambil berpikir aku suka dengan sawah ini dengan bau Lumpur yang khas dan gatalnya air sawah, aku suka, aku ingin suatu saat aku jadi petani yang lebih canggih dari ayah ku, aku ingin sekolah pertanian dan aku ingin hidup jadi petani yang sukses. tidak terasa senja telah datang dan saatnya aku pulang, sebelum pulang ku sempatkan diri untuk mengambil rumput di antara galengan sawah untuk makan kelinciku di rumah, dengan karung yang terisi rumput aku pulang naik kerbau pembajak yang rumahnya memang dekat dengan rumah ku.

Sepanjang perjalanan kami banyak cerita wehhhhhhhhh asiknya nih kerbau apakan anak cucuku nanti masih bias menikmati enaknya naik kerbau ???????

Satu jam perjalanan sampailah aku di rumah di mana ibuku dengan senyum manisnya menyapa ku dengan penuh kasih sayang juga ayah ku yang membawa benih dari kali untuk di semai besok di guludan sebaran yang sudah di persiapkan .

Habis mahrib kami pun berkumpul di ruang makan. kami menikmati makan malam dengan belut hasil tangkapan ku tadi siang mhhhhhhhhhh..... nikmatnya makan malam ku hari ini.

Sehabis makan malam ayahku menyempatkan berbincang dengan kami semua tentang rencana besok akan di mulai penyemaian bibit, dengan panjang lebar ayahku menceritakan indahnya bertani dan nikmatnya jadi petani, semua ilmu tentang pertanian yang di wariskan oleh nenek moyang ku dan hebatnya mereka di jaman itu.

Aku tertarik dengan cerita ayahku yang begitu pandainya dan tanpa kesulitan menceritakan padaku, cerita itu begitu indah sampai ahirnya malam beranjak dan saat nya aku istirahat dan ayah pun sibuk mempersiapkan benih yang akan di bawa besok pagi .

Pagi itu hujan turun rintik rintik dan membuatku terlalu nyeyak tidur semalaman hingga aku kesiangan bangun nya ibu ku dengan lembut membangunkan aku dan telah siap sarapan singkong bakar kesayangan ku dan sedikit air teh yang sudah siap di meja dan ayahku pun sudah menunggu, sejenak kami sarapan lalu bergegas meninggal kan rumah menggunakan sepedah yang aku sendiri tidak tahu kapan sepedah itu di belinya aku lahir pun sepedah itu sudah ada, dan selalu di pakai ayahku kemana ayahku pergi, kadang ke ondangan, kepasar dan …… pokoke sepedah itu top banget dan selalu setia selama ini, aku bertanya kepada ayah sepedah ini sebenarnya di beli kapan kok bentuknya beda dengan sepedah pak Burhan, pak Jaeni...???, sepedahku itu aneh banget hanya rodanya saja yang sama. Kata ayah dia juga tidak tau karma itu sepedah warisan dari nenek buyutnya yang di berikan di saat ayah jadi penganten dulu hehehhe... nostalgia di ceritakan.

Diantara rintik hujan ayahku mengayuh sepedah itu dengan hati-hati sesekali rantai sepedah itu lepas dan aku harus turun sesaat sampai rantai itu terpasang kembali, di tengah perjalanan na'as tak dapat di tolak sepedah itu bocor bannya mula mula yang depan kami masih paksakan dan terahir ban belakang pun mengikutinya, dengan sabar ayah mengatakan nak ini belum seberapa di banding kakek buyutmu dulu yang selalu jalan kaki kemanapun mau weleh welehhhh bapak biasa menghiburku. Jarak 500 meter tak terasa kami pun sampai di sawah tempat kami akan menyemai benih dengan ilmu yang di ajarkan tadi malam aku dengan percaya diri menabur benih di guludan, ayahku begitu pintar sementara aku dengan gayaku selalu mengikutinya dan apa yang terjadi sebaran benih ku tidak rata ayah dengan sabar menghiburku yidak apa itu sudah bagus nanti kamu juga lebih pintar dari ayah, kata kata itu membuatku senang aku di puji dan di jadikan anak sahabat dan murid oleh ayahku sendiri .

siang telah beranjak matahari sudah tinggi saatnya kami pulang dengan jalan kaki sejauh dua kilo meter karma sepedah wasiat bocor dan aku naik diantaranya ayahku yang mendorong dan sepanjang perjalanan ayahku selalu menghiburku dengan segala pengalamanya yang membesarkan hatiku .

menjelang sore sampelah kami di rumah dengan keringat yang begitu bercucuran aku kasian kepada ayah . menjelah senja kami pergi ke kolam mencoba rilek dam memancing ikan untuk makan malam nanti kebetulan di kolam ada ikan mujair lele dumbo dan gurame lumayan kata ayahku untuk tambahan gizi biar aku pintar .

malam beranjak aku melihat ayahku tidur dib alai bamboo milik kami satu satunya di tengah rumah wajahnya begitu terlihat letih di usianya yang sudah mulai senja aku sayang ayah ku dekati ayahku dan mulai ku pijit ayah ku dengan kepandaan ku yangdi warisi oleh nenek dari ibuku . mungkin ayah ku merasa nyaman dengan pijitan ku orokan suara dengkur pun mulai terdengar dengan kasih sayang terus ku pijit ayah . hingga ahirnya ayahku sadar masih ada aku yang di sampingnya memijit dengan tulus .ayahku memeluk aku dan bilang terima kasih aku senag telah membuat ayahku bahagia .

beberapa hari kemudian dating lah musim tanam itu tiba ibu ibu sekarang sibuk bersiap menanam bibit padi yang dulu aku semai semua orang gotong royong bergantian menanam padi kalo di kampungku namanya liuran ayah sibuk mencabut bibit aku sibuk mengantar bibit . diantara senag dan gembiranya tanpa kami sadari ada seorang berpakean rapi seperti pegawai mengamati pekerjaan kami .pegawai tu menyapa pak mulai musim tanam nehh nanam padi apa sapanya dengan lembut .Ayahku menjawab ciherang pak katanya ini bibit bagus dan nasinya enak .kalo yang sebelah sana itu katanya hibrida ( itu juga kata penjualnya ) nasinya katanya lagi enak dan nilai gizinya tinggi ( menirukan gaya penjual bibit ) terus bapak siapa ????? ayahku bertanya pegawai itu belum menjawab ayahku melihat ada nama di bajunya tertulis di sana Encum Nurhidayat .ohhhh bapak gak usah jawab saya sumarsono dan ini anak saya namanya gepeng nur alim bapak namanya encum yahhh dari mana pak kok ada pegawai ke sawah yahh enggak sayang itu bajunya yang bagus kotor dan sepatunya kena Lumpur .

pertanyaan polos situ keluar seketika dari ayahku karma merasa asing ada pegawai masuk sawah dengan senyum yang bersahabat pegawai tu menjelaskan tugasnya bahwa dia seorang penyuluh yang di bantukan dan setatusnya tenaga harian lepas dan bekerja di kontrak .ayah ku tertegun baru mendengar ada pegawai kontrak yang ada biasa di dengar ya sawah di kontrak, rumah di kontrak ,terus ini pegawai gagah pintar ramah kok di kontrak .

penyuluh itu dengan ramahnya menjelaskan yah itulah Negara kita pak jamanya mungkin yang membuat harus ada pegawai kontrak tidak seperti bapak selamanya bekerja abadi tidak ada kontrak.

Semakin lama pembicaraan itu semakin akrab dan ibu ibu sudah mulai banyak menanam bibit .dan penyuluh itu tertegun metoda apa yang di pakai oleh pak sumarsono kenapa bibitnya asal di tanam dan tidak beraturan kadang kala ibu ibu bertabrakan pantat dalam menanam . penyuluh itu bertanya metoda apa pak kok nanam padinya begitu bagai mana nantinya jika ingin memupik ,dan bagai mana nanti jika ingin merumput , banyak pertanyaan yang keluar seketika karma jauh melenceng dari apa yang selama ini diajarkan di pertanian .

Pak sumarsono dengan polos menjawab ini war4isan dan selama ini kami memang menanam padi dengan cara begini apa bapak punya cara yang mungkin bias di tanam kan di sini karma bapak kan pasti pinter pak sumarsono memuji penyuluh . dengan muka merah karma malu di puji penyuluh itu menawarkan system legowo dua tyang selama ini di ajarkan di berbagai dinas sambil meminta apa bapak setuju jika dengan mitoda itu . ayahku setuju sekali karma penyuluh itu dengan sigapnya menyiap kan tali buat taplakan . ayahku bingung kenapa tali begitu panjang di kasih jarak di ukut dan jaraknya jarang jarang apa ini beneran tapi karma yakin dengan penyuluh itu mkanya bapak setuju dan mengikuti nya . begitu terpasang tali dengan taplakan ibu ibu mengerutu menanam cara apa ini pak kok jarang jarang banet apa panen pak nati kan pohonn nya sedikit .
Ayahku meneangkan ibu kita harus percaya bu ini pak encum penyuluh yang terdidik kita ikuti dulu ilmunya siapa tahu nanti membawa perubahan yang baik untuk kita .
Ahirnya legowo dua tertanam dan begitu tumbuh banyak yang mecibir pak sumarsono aneh bin kebelinger masa nanam padi kok jarang jarang sayang tuh saewah .dengan sabar ayaku menunggu hingga saatnya merumput tiba .benar kata penyuluh itu lebih gampang merumputnya karma barisan yang teratur apalagi saat pemumpukan dan penyemprotan wehhhhhh ayah ku seneng banget dengan ide ini semula orang yang mecibir sekarang malam banyak berytanya ke ayah ku .

Bulan berganti saatnya panen tiba dan kami bergembira karma panen ku kali ini adalah panen perdana dari adaptasi ilmu yang di berikan pak encum sang penyuluh itu dengan suka cita kami memanen sawah kami dan tak lupa memisah kan metoda lama dengan metoda baru ternyata hasilnya metoda baru lebih unggul dan membawakan hasil yang jauhhhhhhhh lebih banyak .

Kami baru sadar setelah beberapa hari ini tidak melihat penyuluh itu kemana gerangan orang yang telah mengajari kami menanam dengan baik mengolah dengan baik kenapa sekarang tidak pernah ke rumah dan tidak pernah berpapasan di jalan rupanya penyuluh itu sudah pamitan kepada kepala desa bahwa di ahir musim ini kontraknya sebagai THLTBPP sudah berahir dan penyuluh itu akan bekerja di tempat lain .dan meninggalkan no tlpon kepada kepala desa itu .

Karma penasaran tak kunjung datang ayah bernisiatip mencari kabar ke balai desa dan benar disana ada kabar tentang penyuluh itu yangada di buku tamu yang sudah usang komplit dengan no tlp nya . pak lurah menjelaskan penyuluh itu telah berahir masa kontraknya dan dia sekarang sudah bekerja entah di mana silahkan pak sumarsono menghubungi no tlp ini 0267 466 3 999 semoga bapak bertemu lagi dengan penyuluh kebanggaan kita semua .

Sepulang dari balai desa ayahku bersikeras ingin menelpon penyuluh itu dengan perjalanan menggunakan sepedah tua itu ayahku berusaha mencari wartel untuk menelpon sang penyuluh .

Wartell di sudut jalan kota kecamatan dengan senyman manis pelayan wartel menanyakan bias tlp ke nomer ini neng dengan menunjukan secarik kertas lusuh bungkus rokok yang ada no tlp … di ujung sana tlp berbunyi dan istri sang penyuluh yang mengankat .tanpa basa basi lagi ayaku menanyakan pak encum ada ….istrinya bilang ada ayah ini pak sumarsono ingin bicara.

Dengan perasaan senang ayahku mengundang penyuluh itu datang ke kampong kami dan dengan tulus penyuluh itu menyanggupi karma pangilan jiwa seorang penyuluh yang sudah terpatri dalam hatinya .

Beberapa waktu kemudian penyuluh itu datang lagi tapi tidak dengan baju yang bagus lagi karma baju itu adalah masa lalunya yang sekarang sudah di kubur dalam dalam dan menjadi sejarah masa lalu . tanpa baju itupun jiwa penyuluh tetap membara dan siap menolong siapa saja

Ayahku bingung kenapa penyuluhku sekarang memakai kolor dan sandal biasa seperti orang kebanyakan bukan kah pegawai itu dulu memakai pakaian yang bagus .
Penyuluh itu mengatakan kontrak saya sudah habis pak mohon maaf saya tidak memberitahukan sebelumya .saya sekarang sama seperti bapak semua tapi saya siap membantu kapan pun sebagai jiwa penyuluh .

Ayahku tersenyum bapak penyuluh saya sanggup membayar kebutuhan penyuluh dan siap membantu apa yang jadi kebutuhan penyuluh berpapa bapak di gaji dulu .
Dengan senyumnya yang khas penyuluh itu hanya diam tiba tiba dari belakang ku terdengar setujuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu yang sangat keras rupanya dari tadi telah brkumpul warga desa mendengar percakapan antara ayah dan penyuluh itu
Ayahku dengan kerendahan hati memohon bantulah kami dan bimbinglah kami mengenal teknologi pertanian .jadilah penyuluh kami.

Wargapun berkata yang sama .

Tanpa di sadari kehadiranya selama ini telah membawa perubahan membawa ilmunya dan di rasakan manfaat nya THLTBPP adalah wadah agar masarakat yang akan menilainya penyuluh hanya bekerja yang menilai rakyat petani biar kontrak berahir yang penting penyuluh pernah menorehkan tinta EMAS dalam SWASEMBADA BERAS.

By : Yohanes Lee

0 komentar:

PENYULUH PERTANIAN KARAWANG

RANGKING