FK-THL TBPP KARAWANG

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

TERPAFAVORIT

IKLAN BLOG

Total Tayangan Halaman

Kamis, Februari 19, 2009

krisis global dan pertanian di indonesia



by : Eka dian feriyani, SP


Krisis global di Amerika berdampak jg terhadap pertanian di Indonesia Fenomana ini jelas memperlihatkan betapa besarnya ketergantungan negara Indonesia dengan negaranegara lain. Apa yang terjadi di negara lain maka seketika pula akan berpengaruh terhadap negara Indonesia .

Untuk itulah perlu kiranya kita untuk bisa berdikari dan berswasembada dalam pangan. Salah satu sektor yang selalu disuarakan dalam persoalan swasembada pangan adalah melalui pertanian.

Selama ini, perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian masih belum maksimal. Tidak diperhatikannya sektor pertanian ini terlihat dalam kebijakan pemerintah dalam mengatasi krisis global. Disebutkan bahwa pemerintah akan menggelontorkan dana sekitar Rp 130 triliun yang diperuntukkan bagi perbankan dan sektor keuangan, sementara 67 persen uang yang beredar di Indonesia ada di pasar asing. Itu artinya, ketika krisis ekonomi global terjadi, yang diselamatkan pertama oleh pengurus negara adalah modal, dan lagi-lagi yang diuntungkan dalam krisis ini adalah pasar.

Padahal, sektor pertanian telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain itu, revitalisasi ini sangat diperlukan karena melalui sektor pertanianlah bangsa ini bisa mencukupi kebutuhan pangganya.

Jika sebuah negara sudah mengenyampingkan sektor pertanian maka negara tersebut akan bergantung dengan negara lain karena kebutuhan pangannya diperoleh melalui impor dari negara lain. Tentu, kita semua tidak ingin jika bangsa Indonesia yang agraris ini bergantung dari negara lain. Untuk itulah, program revitalisasi pertanian perlu digalakkan.

Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual; dalam arti menyegarkan kembali vitalitas; memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.

Revitalisasi bukan dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon sentralistik; bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana; tetapi revitalisasi adalah menggalang komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok tanam yang sekadar hanya menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi.

Pertanian mempunyai multifungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk kehidupan penduduk desa dan kota ; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti biodiesel.

Berbagai persoalan tentu akan menjadi hambatan program revitalisasi. Selain itu, program revitalisasi harus menyelesaikan berbagai persoalan dalam bidang pertanian yang ada. Salah satunya adalah mengenai ketahanan pangan.

Untuk menjaga agar ketersediaan pangan di suatu wilayah dapat selalu terjamin kecukupan pangannya, pemerintah daerah harus berperan aktif menginisiasi dan memfasilitasi pembangunan lumbung pangan desa, beserta kelembagaan dan manajemennya. Keberadaan lumbung-lumbung desa ini sangat penting dan strategis nilainya, terutama di saat membantu para petani dan keluarganya menghadapi masa-masa paceklik, di mana harga bahan pangan cenderung selalu meningkat.

Kedaulatan pangan harus menjadi komitmen negara untuk segera diwujudkan. Dengan demikian, Indonesia bisa mandiri. Jika konsep dan kebijakan kedaulatan pangan sudah tuntas, keberadaan Bulog dan kontroversi beras dapat dibenahi secara komprehensif.

Sayang, kondisi internal elit Indonesia sulit menyiratkan sebuah kecerahan dalam mewujudkan kedaulatan pangan, apalagi ada tekanan neoliberalisme dengan mekanisme perdagangan bebas. Kehancuran pertanian dan kemiskinan petani Indonesia semakin diperparah sejak Indonesia menjadi anggota WTO pada 1994. Didukung dengan kebijakan penyesuaian struktural Bank Dunia dan IMF, masuk beras "murah" melalui program jaring pengaman sosial Bank Dunia dan World Food Program.

Yang paling penting adalah kedaulatan pangan akan tercapai jika Indonesia segera melaksanakan pembaruan agraria. Hal seperti itu untuk menjamin akses terhadap tanah bagi petani, buruh tani, dan kaum miskin lain. Pembaruan agraria sangat penting dengan melakukan pengaturan kembali lahan yang sudah dikuasai. Bukan dengan membagikan lahan tidur dan tidak berguna kepada petani.

Dalam rangka revitalisasi pertanian, pengembangan lahan pertanian dapat ditempuh melalui: reformasi keagrariaan untuk meningkatkan akses petani terhadap lahan dan air serta meningkatkan rasio luas lahan per kapita; pengendalian konversi lahan pertanian dan pencadangan lahan abadi untuk pertanian sekitar 15 juta hektar; fasilitasi terhadap pemanfaatan lahan (pembukaan lahan pertanian baru).

Selain itu, perlindungan kepada petani perlu ditingkatkan dengan kepastian harga dan memperkuat lembaga negara yang menjalankan perlindungan tersebut. Jaringan perdagangan milik petani dalam pasar lokal perlu dilibatkan. Saat ini, justru para tengkulak yang menguasai harga di tingkat petani. Peran pemerintah dalam mengendalikan harga agar tidak jatuh ternyata masih minim.

Untuk melakukan revitalisasi pertanian harus menjadikan prioritas pembangunan ekonomi bangsa ini adalah ekonomi berbasis ekonomi pertanian, yaitu seluruh kebijakan berdasarkan pembangunan ekonomi pertanian dan bermuara ke pembangunan pertanian. Bukan hanya kebijakan yang melindungi para pemilik modal besar.

Untuk itu, usaha yang perlu kita lakukan dalam membantu pemerintah adalah mensukseskan swasembada pangan, dengan cara melakukan usaha tani seperti penanaman padi dengan menggunakan varietas unggul yang berproduksi tinggi , dengan di dukung oleh teknologi pertanian yang menunjang produksi padi tersebut, seperti penanaman padi dengan metode SRI (System Of Rice Intensification).

SRI adalah fenomena.. SRI lahir sebagai suatu keajaiban mekanisme alam yang sekilas bertentangan dengan logika manusia. Seperti penisillin, SRI lahir dari suatu kebetulan ditambah sejumlah keprihatinan, yang seperti penemuan besar lain, (akan) berhasil mengubah wajah dunia.



Metode SRI
Penanganan bibit padi secara seksama. Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian), penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak tanam yang cukup lebar.

Bagi yang telah terbiasa menanam padi secara konvensional, pola penanganan bibit ini akan dirasakan sangat berbeda. Hal ini karena metode konvensional memakai bibit yang tua (lebih dari 15 hari sesudah penyemaian), ditanam sekitar 5-10 bahkan lebih bibit per titik tanam, ditanam dengan cara dibenamkan akarnya, dan jarak tanamnya rapat.

Perbedaan metode penanganan bibit padi metode SRI terhadap metode konvensional dapat dijelaskan oleh penjelasan sebagai berikut,

1.Mengapa ditanam muda? karena bibit pada usia 15 hari sesudah penyemaian akan membuat potensi anakan menjadi tinggal 1/3 dari jumlah potensi anakan. Hal ini berarti, SRI menambah potensi anakannya sekitar 64%.

2.Mengapa ditanam satu bibit per titik tanam? Hal ini karena tanaman padi membutuhkan tempat tumbuh yang cukup agar dia dapat mencapai pertumbuhan optimal. Analoginya adalah satu kamar kost untuk satu mahasiswa. Penambahan jumlah mahasiswa yang tinggal dalam kamar kost akan menyebabkan adanya persaingan dalam memanfaatkan fasilitas di dalam kamar kost tersebut. Begitu juga dengan padi, ketika ditanam secara banyak, maka akan terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi, cahaya matahari, udara, dan bahan lainnya dalam suatu titik atau area tanam.

3.Mengapa ditanam dangkal ? Hal ini bertujuan untuk memacu proses pertumbuhan dan asimilasi nutrisi akar muda. Jika ditanam terbenam, maka akan timbul kekurangan oksigen yang menimbulkan peracunan akar (asphyxia), dan gangguan siklus nitrogen yang dapat menyebabkan pelepasan energi, produksi asam yang tinggi serta tidak adanya rebalance H+ sehingga terjadi destruksi sel akar dan pertumbuhan struktur akar menjadi tidak lengkap. Semua akibat dari penanaman dengan cara dibenamkan akar memangkas potensi akar sampai menjadi ¼ nya saja.

4.Mengapa ditanam dalam jarak yang cukup lebar? Hal ini untuk menjamin selama proses tumbuhnya padi menjadi padi siap panen, seluruh nutrisi, udara, cahaya matahari, dan bahan lainnya tersedia dalam jumlah cukup untuk suatu rumpun padi.

Metode pokok SRI yang kedua adalah penyiapan lahan tanam. Penyiapan lahan tanam untuk metode SRI berbeda dari metode konvensional terutama dalam hal penggunaan air dan pupuk sintetis (untuk kemudian disebut pupuk). SRI hanya menggunakan air sampai keadaan tanahnya sedikit terlihat basah oleh air (macak-macak) dan tidak adanya penggunaan pupuk karena SRI menggunakan kompos.

Salah satu prinsif dalam metode SRI adalah keterlibatan mikroorganisme lokal (MOL) dan kompos sebagai ’tim sukses’ dalam pencapaian produktivitas yang berlipat ganda. Dalam hal ini peran kompos sering disalahartikan sebagai pengganti dari pupuk. Hal ini salah, karena peran kompos lebih kompleks daripada peran pupuk. Peran kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh padi secara optimal. Konsep bioreaktor adalah kunci sukses dari SRI. Bioreaktor yang dibangun oleh kompos, mikrooganisme lokal, struktur padi, dan tanah menjamin bahwa padi selama proses pertumbuhan dari bibit sampai padi dewasa tidak mengalami hambatan. Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi sesuai POD melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan padi, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan padi, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang padi.



Dari semua yang di jelaskan, dapat kita simpulkan tujuna dari usaha tani tersebut, dan kontribusinya terhadap lingkungan sekitar dan bangsa Indonesia .



Usaha tani yang dilakukan adalah penanaman padi dengan metode SRI, yang mampu meningkatkan produksi sehingga membantu peningkatan ketahan pangan nasional, peningkatan produksi beras nasional, dan membantu swasmbada pangan di Indonesia .



SRI menggunakan pupuk organic, sehingga dapat memanfaatkan sampah organic yang ada di lingkunan kita, dan dengan hal ini juga dapat membantu peningkatan kebersihan lingkungan, dan mengurangi pengangguran di lingkunag kita karena ada lahan untuk bekerja baru yaitu pembuatan kompos untuk mendukung usaha tani, adapun manfaatnya buat kita yang melakukan usaha tani tersebut bias menambaha penghasilan karena produksi tinggi, sehingga krisis global menjadi tidak berarti bagi kita, dan Indonesia.



shekok_84@yahoo.com
Add donk........!!!

0 komentar:

PENYULUH PERTANIAN KARAWANG

RANGKING