FK-THL TBPP KARAWANG

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

TERPAFAVORIT

IKLAN BLOG

Total Tayangan Halaman

Minggu, Februari 15, 2009

mohon kritik dan saran

VARIETAS PADI UNGGUL: MENINGKATKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

Ramdhani, S. P

Keterbatasan kemampuan genetis varietas unggul yang ada untuk berproduksi lebih tinggi menjadi salah satu penyebab pelandaian produksi padi sekarang ini. Untuk meningkatkan potensi hasil varietas padi dikembangkan dua pendekatan perakitan varietas unggul melalui restrukturisasi sifat morfologi padi untuk menghasilkan padi tipe baru dan pemanfaatan keunggulan heterosis padi hibrida. Kedua strategi tersebut ditempuh untuk menerobos potensi genetis padi (unlocking of rice genetic potential). Padi tipe baru dirakit dengan asumsi bahwa padi mempunyai anakan sedikit namun semuanya produktif, batang kokoh dan besar sehingga tahan terhadap kerebahan, daun tegak, tebal dan hijau tua diharapkan mampu melakukan fotosintesis secara optimum, perakaran panjang dan lebat diharapkan mampu menjelajah ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam guna memperoleh hara yang diperlukan untuk pertumbuhannya, malai lebih panjang dan lebat dengan jumlah bulir gabah per malai lebih dari 200 butir diharapkan hasil gabah yang lebih tinggi daripada padi unggul sebelumnya.
Berdasar hasil kajian Balitpa (2000) menyatakan bahwa inovasi teknologi yang paling menonjol untuk meningkatkan hasil gabah adalah penggunaan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul bila dikombinasikan dengan pemupukan dan irigasi mampu memberi kontribusi > 75 % peningkatan hasil gabah. Hasil survey mengenai penerapan model PTT (pengelolaan tanaman terpadu) pada tahun 2002 di 7 propinsi (Sumut, Sumbar, Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan NTB) menunjukkan bahwa peningkatan hasil gabah diupayakan melalui penggunaan varietas unggul berkisar 20 % sampai 90 %. Dengan banyaknya varietas unggul baru yang dilepas (release) seperti Batutegi (toleran terhadap kekeringan), Angke dan Code (tahan terhadap penyakit kresek/hawar daun bakteri), Batang Gadis (aromatik dengan rasa pulen), Ciherang (hasil tinggi dan stabil pada musim kemarau dan musim hujan) dan lain-lain, maka petani lebih leluasa memilih dan mengembangkan varietas yang disukai sesuai dengan kondisi dan lingkungan setempat.
Hasil kajian penggunaan varietas unggul dikombinasikan dengan sistem budidaya padi melalui pendekatan PTT (pengelolaan tanaman terpadu) mampu meningkatkan hasil gabah dan pendapatan petani yang signifikan. Hasil gabah berkisar 7,3 t/ha sampai 9,06 t/ha dengan tingkat keuntungan berkisar Rp 3,855 juta sampai Rp 7,275 juta (Tabel 1).
Tabel 1. Keuntungan rata-rata budidaya padi sawah melalui pendekatan PTT
Varietas Umur (hari) Hasil gabah (t/ha) Pendapatan (Rp .000) Biaya produksi (Rp .000) Keuntungan per musim (Rp .000)
Fatmawati 120 8,90 11.570 4.295 7.275
Ciherang 118 7,90 10.270 4.295 5.975
IR 64 115 7,30 9.490 3.855 5.635
Memberamo 100 7,00 9.100 3.855 5.245
Gilirang 118 7,90 10.270 4.295 5.975
Maro 113 8,35 10.855 4.800 6.050
Rokan 115 8,55 11.115 4.800 6.310
Hipa-3 100 9,06 11.778 4.805 6.973
Ciapus 109 7,30 9.490 4.285 5.205
Harga gabah : Rp 1300/kg GKP
Budidaya padi melalui pendekatan PTT pada dasarnya sama dengan apa yang sudah petani lakukan selama ini hanya dalam pendekatan PTT semua faktor yang mempengaruhui pertumbuhan padi disinergikan agar padi tumbuh optimal. Sebelum menerapkan pendekatan PTT, perlu dilakukan PRA (participatory Rural Appraisal) yaitu memahami secara cepat mengenai masalah dalam budidaya padi yang ada di suatu lokasi baik dalam hal yang bersifat teknis (serangan hama pengganggu tanaman, kesuburan tanah, irigasi, penyiangan dan lain-lain) maupun yang bersifat non teknis seperti keserempakan tanam, penentuan varietas yang akan ditanam, dan lain-lain. Berdasar hasil PRA dapat dilakukan langkah-langkah apa yang dilakukan dan teknologi budidaya apa yang sesuai dengan lingkungan di lokasi tersebut

0 komentar:

PENYULUH PERTANIAN KARAWANG

RANGKING