FK-THL TBPP KARAWANG

KIRIM CERITA ANDA KE EMAIL KAMI

TERPAFAVORIT

IKLAN BLOG

Total Tayangan Halaman

Minggu, Juli 25, 2010

CARA CERDAS MENYEHATKAN TANAH

Penulis : Admin


Kita tahu begitu banyaknya petani kita belum memahami bahwa idealnya tanah sebagai media tumbuh tanaman perlu keseimbangan aspek fisika, kimia, dan biologi.Bahkan, di antara kita yang sudahtahu hal tersebut tidak mau tahu. Indikasinya,puluhan tahun lahan pertanian intensif nyaris tidak disuplai pupuk hayati sebagai salah satu aspek biologi. Bahkan hanya memaksakan diri menyuplai dengan jumlah berlebihan pupuk dan pestisida kimia sintetis.
Akibatnya, tanah kita sakit kronis komplikatif dengan indikasinya C organik hanya 1%, padahal dahulu 3%, residu logam berat hasil pertanian mendekati ambang batas, akibatnya ditolak pasar dunia. Tentu ada alasan kesehatan tapi tetap kita konsumsi dan tetap kita produksi.
Kita bagai hanya menambang C organik tanah berlebihan dalam jangka panjang tanpa menyuplai bahan organik berlebihan pula. Kita bagai menikmati kekayaan mikroba/pupuk hayati tersedia tapi tanpa membiakkan (inokulan) di lahan.
Akibatnya nyaris punah dan akibatnya lagi, multifungsi aspek biologi tidak tercapai. Hasil pertanian kurang sehat, tentu peningkatan minat untuk bertani kurang sehat pula.
Yang sudah biarlah jadi hikmah, proses belajar. Toh bila nasi terlanjur jadi bubur tak mungkin jadi nasi lagi. Kita harus sehatkan lahan secepatnya, karena kitalah pelaku yang menjadikan lahan pertanian menjadi sakit seperti kondisi sekarang ini. Berikut merupakan langkah-langkah menyehatkan lahan pertanian secara ramah lingkungan dan berkelanjutan:
Pertama, benamkan jerami (jangandibakar) karena memiliki kelebihan-
kelebihan luar biasa, di antaranya menyediakan P dan K sangat tinggi dan media berbiaknya mikroba. Hasil penelitian Sugiyanta dan Irman (2010) menunjukkan bahwa hasil gabah basah per hektar tanaman padi yang menggunakan pupuk hayati + 0.5 dosis NPK+ jerami atau pupuk kandang + pupuk hayati + 0.5 dosis NPK+ jerami lebih tinggi ± 11% daripada hasil gabah tanaman padi yang menggunakan pupuk NPK kimia sintetis saja. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan pupuk hayati dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan biaya produksi yang jauh lebih ringan dan volume hasil yang lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh petani meningkat tajam. Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah positive multiplayer effect dari kelestarian lahan pertanian untuk generasi yang akan datang.
Kedua, berikan pupuk kompos ataupun pupuk kandang yang memiliki kadar C organik tinggi (minimal 15%), sebanyak minimal 3 ton/tahun. Ketiga,biakkan pupuk hayati yang memiliki kandungan jenis (strain) majemuk dan populasi koloninya yang tinggi (minimal sepuluh pangkat lima). Keempat, kurangi penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang memacu percepatan sakit parahnya lahan pertanian kita.
Karena kita sudah menabung Phospat dan Kalium dalam jumlah besar selama puluhan tahun di lahan kita yang tidak bisa maksimal terkonsumsi oleh tanaman maka jadi pertimbangan serius untuk memakai pupuk hayati yang komposisinya mengandung bakteri Bacillus,Pseudomonas, Pelarut P dan Pelarut K.
Beberapa jenis fungi dan bakteri seperti Bacillus polymyxa,  Pseudomonas striata, Aspergillus awamori, dan Penicillium digitatum diidentifikasikan mampu melarutkan P yang sukar larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman (Prihatini et aL, 1996).
Sungguh betapa indahnya jika kaum petani menyadari bahwa idealnya bertani adalah sehatkan diri sendiri, sehatkan sesama, dan sehatkan lingkungan, niscaya sehat di hadapan-Nya. "Kesehatan memang bukan berarti segalanya, tapi segalanya tiada berarti tanpa kesehatan".

2 komentar:

itang sutisna mengatakan...

mohon maaf,mau saran aja,pembenaman jerami tanpa melalui proses pengomposan,akan membuat tanaman padi mudah rebah,karena jerami belum matang,yang terbaik adalah melalui proses pengomposan dengan dekomposer.sdh lama sebenarnya IPB memiliki produk yang dapat mengkomposkan jerami tanpa melalui proses pencacahan dan penambahan bahan,alias cukup dengan jerami, produk itu diberi merk dagang PROMI,dengan harga yang terjangkau,aturannya kita harus mengembalikan jerami ke sawah setara dengan hasil panen,dan ini setara dengan setengah dari penggunaan pupuk kimia yang biasa digunakan.PROMI ini juga berfungsi sebagai biofeltilizer (pembenah tanah).umumnya volume jerami itu 3x dr hasil panen.wabah yang mengganas saat ini adalah buah dari pemakaian pestisida yang berlebihan dan karena penggenangan lahan sawah.padi adalah tanaman yang butuh air,bukan tanaman air. sudah terlalu lama kita melupakan kearifan orang tua dulu,dg sistem gursat,sistem ini sama dengan sistem sri,9 hari kering,1 hari digenang.upaya ini dilakukan agar anakan yang tidak sehat akan mati dengan sendirinya,hanya yang kuatlah yang hidup.sudah banyak pengalaman petani2 di daerah lain,dgn pengairan berkala,rata2 jumlah anakan mencapai 30-60 dari satu bibit saja,dan untuk mendapat anakan dalam jumlah tsb,yang jelas jarak tanam diperlebar,agar akar mendapatkan sinar matahari juga.dan yang harus diperbaiki dari petani di karawang adalah prinsip semakin banyak semakin baik,pada pepatah lama sering diperingatkan apa yg terlalu banyak itu tidak baik,dan apa yang terlalu sedikitpun juga tidak baik.untuk kawan2 yang berminat untuk bertukar pikiran dapat menghubungi saya,itang sutisna,hp 081586514618.terima kasih

28 Juli 2010 pukul 22.30
R 4 ONE mengatakan...

Mantap om ilmu y.

9 November 2020 pukul 07.19

PENYULUH PERTANIAN KARAWANG

RANGKING